LAGI-LAGI
ALLAH MENGURANGI JATAH GAGALKU
Karya: Nur Hepi Dahlia
Aku adalah
seorang wanita yang ambisius, aku selalu berharap apapun yang aku impikan bisa
terjadi di dunia nyataku.
Berawal dari
mimpi konyolku saat aku baru menginjak bangku SMA, saat itu setatus sekolahku
adalah suasta, dari situlah aku bermimpi untuk bisa melanjutkan kuliah di salah
satu universitas negri di Indoneia. Entah mengapa aku malah memimpikan ini, yah
mungkin karna memang saat aku SMP aku ingin bisa bersekolah di sekolah yang berstatus
“negri” tapi malah dimasukkan ke sekolah yang berlebel islami suasta, begitupun
yang terjadi saat aku SMA, tapi aku tidak menyesal sekolah disana, justru aku bersyukur.
2015 Adalah
tahun kelulusanku, dari bulan April aku sudah mulai disibukkan untuk
pendaftaran dan menyiapkan berkas-berkas untuk jalur nasionl masuk PTN. Pertama
aku mencoba daftar di jalur SNMPTN, aku tak tanggung-tanggung menjatuhkan
pilihan karna memang dipikiranku aku harus kuliah di PTN ternama dengan prodi
yang minati (bukan asal masuk). Pilihan ke satu, dua aku isi dengan salah satu
PTN yang ada di Bandung, yang memang sudah dari awal masuk SMA aku mimpikan.
Pilihan ketiga aku isi dengan PTN yang ada di wilayah sekolahku di Banten.
Sebulan lamanya menunggu pengumuman dan tibalah sore dengan tanggal yang
ditentukan aku buka hasil SNMPTN melalui HP ku yang kurang canggih sehingga
hasilnya tidak begitu jelas terbaca, ternyata aku gagal. Malamnya aku mendapat
sms dari pihak sekolah untuk membuka pengumuman itu bersama-sama disekolah, aku
kesekolah karna memang aku masih belum yakin dengan hasil yang ku lihat, justru
ternyata kedatanganku kesekolah hanya untuk menjemput air mataku.
Keesokan
harinya aku langsung bangkit dari keterpurukan kabar SNMPTN itu, aku yang
diantar dengan kakakku mencari tempat les untuk persiapan SBMPTN akhirnya
setelah sekian lama dapat juga tempat les yang cocok untukku. Sekitar satu
bulan aku belajar disana aku merasa tertinggal karna memang sekolahku dulu
lebih mengutamakan pengetahuan Agama ketimbang umum tapi setidaknya sedikit
demi sedikit aku bisa mengikuti pelajaran, ditambah teman-teman dan
tentor-tentor yang dengan senang hati membantuku untuk bisa mengejar
ketertinggalanku. Tibalah saatnya aku daftar jalur SBMPTN saat itu aku dibantu
dengan salah satu guru di SMAku. Pilihan pertama dan kedua telah aku tentukan matang-matang,
lagi-lagi aku memilih PTN yang ada di Bandung itu untuk pilihan kedua, tapi
pilihan pertama aku jatuhkan di PTN yang ada di Purwokerto dan pilihan ketiga
dipilihkan oleh guruku di salah satu PTN yang ada di Papua, aku setuju saja
karna memang aku masih awam dengan nama-nama PTN dan aku kira itu bukan di
Papua.
Jadwal tes
SBMPTN pun tiba waktu itu sekitar bulan Juni, rasa takut berpadu dengan
semangat penuh aku mengisi satu demi satu jawabanku pada lembar LJU sambil tak
henti memohon pada Allah untuk membenarkan jawabanku itu, tespun akhirnya
selesai. Sekitar satu bulan aku harus menunggu hasil SBMPTN itu, sambil
menunggu pengumuman SBMPTN aku mendaftarkan diriku, mencoba keberuntunganku,
aku mendaftar di salah satu PTN yang baru memperoleh status negri di Jakarta
dengan prodi yang terfavorit di PTN tersebut yaitu Pendidikan Dokter Umum.
Sesungguhnya aku menyadari akan kemampuanku tetapi aku mempunyai mimpi ingin
menjadi Dokter sewaktu aku baru mengenal apa itu mimpi. Bulan Juli yang
bertepatan dengan bulan Ramadhan itu adalah saksi perjuanganku menuruti mimpi,
aku pergi ke Jakarta diantar ayahku untuk cek lokasi dan keesokan harinya tes,
setelah lokasi tes ditemukan ayahku lngsung pulang karna memang kalau tidak
pulang ayahku akan kehilangan pekerjaannya, aku ditinggal sendiri di kota yang
tidak aku kenal. Alhamdulillah aku bertemu engan seorang wanita yang aku anggap
Malaikat waktu itu, aku diajak untuk bermalam dirumahnya dan aku tidak menolak
karna memang aku membutuhkan tawaran itu, dirumahnya aku diperlakukan layaknya
seorang adik kandungnya. Esokpun tiba, aku diantar dengan malaikat itu,
dibekali sebuah semangat dan ridhonya aku siap untuk menjawab semua soal tes,
empat jam tiga puluh menit tes berjalan, diwaktu itu aku percaya akan kemampuanku
dan aku tak lupa untuk meminta restu allah sepanjang waktu itu. Siang itu aku
langsung pulang karna memang setatus aku waktu itu sudah bekerja di salah satu
PT.
Tibalah
saatnya pengumuman SBMPTN, aku membukanya selepas solat tarawih dengan ditemani
orang tuaku, ternyata ucapan selamatpun diberikan padaku tapi di pilihan ke
tiga, itu tandanya aku harus kuliah di Papua. Entah rasa senang atau sedih yang
aku rasa saat itu tapi aku tetap bersyukur pada allah. Beberapa hari setelah
kabar kesuksesan SBMPTN keluargaku akhirnya memutuskan agar aku mengiklaskan
PTN itu untuk tidak diambil karna berbagai macam alasan.
Aku tidak
lelah untuk mencoba lagi kali ini aku ikut jalur mandiri PTN yang ada di
Purwokerto, awal Agustus itu aku pergi ke Tangerang Selatan untuk tes diantar
ayahku, disitu aku tidak mempunyai kenalan ataupun sanak keluarga yang bisa aku
tumpangi untuk bermalam, akhirnya ayah meminta ke saptam sekolah tersebut agar
diizinkan untuk bermalam di UKS tersebut, ternyata disetujui. Tetapi saat sore tiba
aku dan ayahku disuruh untuk pergi dari skolah itu dan pindah ke rumah
atasannya yang ternyata atasannya itu PASPAMPRES. Pagipun tiba, tes pun
dimulai.
Beberapa
hari setelah kepulanganku tes di Tangsel adalah pengumuman PTN yang dijakarta
ternyata aku GAGAL. Seminggu setelah pengumuman itu adalah pengumuman PTN
Purwokerto dan lagi-lagi aku gagal. Aku tidak bosan untuk mencoba, aku daftar
D3 di PTN yang ada di Bogor, lima hari setelah daftar adalah jadwal tes aku
bersemangat menjawab semua soal. Seminggu kemudian pengumuman, ternyata
lagi-lagi aku gagal.
Orang tuaku
menyarankanku untuk kuliah di swasta tapi aku memilih untuk menunggu setahun
agar bisa ikut berbagai tes masuk PTN lagi dan orang tuaku menyetujui itu.
Sekitar Sembilan bulan waktu menungguku aku isi dengan melanjutkan bekerjaku di
PT itu tapi aku juga tidak lupa akan tujuan utamaku adalah agar tahun 2016 bisa
masuk PTN, maka sebelum atau setelah pulang bekerja aku sempatkan untuk belajar
walaupun hanya sebentar. Akhir Febuari aku mengundurkan diri dari PT tempat aku
bekerja, hari-hariku berubah 90 derajat, aku hanya di rumah untuk belajar,
membantu orang tua dan mendekatkan diri ke Raab-ku.
Bulan April
aku hijrah ke Bogor untuk ikut les superintensip di Bogor, waktu itu aku tidak
mau merepoti atau membebani orang tuaku, aku pergi sendiri menggunakan kereta,
biaya les dan kehidupan disana pun aku menggunakan uang hasil kerjaku, sekitar
satu setengah bulan aku disana belajar dengan sungguh-sungguh dan penuh
semangat.
2016 ini aku
mendaftar di salah satu sekolah kedinasan itu adalah rekomendasi dari salah
satu teman medsosku, saat itu aku tidak tau materi seperti apa yang akan di
tes-kan, sekitar 2 minggu sebelum tes aku mencoba mencari dan mempelajari
materi yang akan di teskan itu.
Pertengahan
mei adalah masa pendaftaran SBMPTN, H-5 penutupan pendaftaran aku masih sibuk
mengurus data bidik misiku yang bermasalah karena nama dan tanggal lahir di
NISN aku salah dan akhirnya H-2 penutupan aku iklaskan melepas bidik misi, aku
daftar SBMPTN tanpa bidik misi, hari itu juga pengumuman sekolah kedinasan aku
dinyatakan “gagal lagi”
31 Mei 2016
hari ini adalah jadwal tes SBMPTN aku keluarkan semua kemampuanku untuk
menjawab soal-soal SBMPTN yang ternyata soalnya jauh berbeda dari apa yang aku
pelajari selama ini sambil menjawab tak hentinya aku meminta bantuan kepada
allah, membaca doa, membaca ayat-ayat al-qur’an yg aku hafal, membaca asmaul
husna dan do’a-do’a lainnya yang terlintas dipikiranku saat itu. Sebelum
pengumuman SBMPTN aku ikut jalur mandiri di 2 ptn berbeda di Bogor dan di
Ciputat. Tes di dua jalur ini menurutku lumayan mudah untuk aku jawab apalagi
saat aku tes di ciputat, karena ada mata pelajaran andalanku sewaktu SMA. Kali
ini aku tes selalu sendiri tanpa orang tua yang mengantar dan menungguku.
28 Juni
adalah pengumuman SBMPTN semenjak siang sudah banyak yang menayakan tentang
kelulusanku, sehabis berbuka puasa aku baru membukanya dan ternyata lagi-lagi
allah mengurangi jatah gagalku, rasa sedih memang ada tapi aku terketuk hati
kecilku yang menyuruhku agar tetap tenang, ikhlas dan bersyukur karna aku yakin
satu pintu tertutup maka pintu-pintu yang lain pasti terbuka. Sehari setelah
pengumuman SBMPTN adalah pengumuman jalur mandiri PTN Bogor ternyata lagi-lagi
allah mengurangi jatah gagalku.
Tapi aku percaya ketika allah menutup satu pintu maka allah juga akan membuka pintu-pintu lain yang jauh lebih baik untukku, esok adalah masih kesempatanku, aku harus yakin akan rencana allah itu lebih indah dari rencanaku, pasti allah akan pilihkan jalan terbaik untuk, cita-cita mimpi dan kehidupanku. saat ini yang bisa aku lakukan adalah tetap husnuzan kepada allah, semoga allah masih memberi kesabaran untukku, aku tau dengan ini allah memberi tanda kalau allah masih teramat sayang terhadapku, allah masih mau bertemuku di sepertiga malamnya, diwaktu duhanya, dan diujung solatnya dengan tetes air mata.
Saat ini aku
sedang menunggu pengumuman dari PTN yang ada di Ciputat dan aku mendaftarkan
diri lagi di salah satu PTN yang menyeleksi menggunakan nilai SBMPTN.
Aku meminta
do’a Ukhti, Akhy, Antum, Umi, Abi semua yang baca ini agar aku bisa keterima di
PTN atau PTS yang bisa membuatku sukses semuda mungkin yang bisa membuat
hidupku lebih baik lagi. Mudah-mudahan jatah gagalku sudah habis dan tinggallah
jatah suksesku. Aamiin allahuma aamiin…..