Sabtu, 02 Juli 2016

LAGI-LAGI ALLAH MENGURANGI JATAH GAGALKU



LAGI-LAGI ALLAH MENGURANGI JATAH GAGALKU

Karya: Nur Hepi Dahlia
Aku adalah seorang wanita yang ambisius, aku selalu berharap apapun yang aku impikan bisa terjadi di dunia nyataku.
Berawal dari mimpi konyolku saat aku baru menginjak bangku SMA, saat itu setatus sekolahku adalah suasta, dari situlah aku bermimpi untuk bisa melanjutkan kuliah di salah satu universitas negri di Indoneia. Entah mengapa aku malah memimpikan ini, yah mungkin karna memang saat aku SMP aku ingin bisa bersekolah di sekolah yang berstatus “negri” tapi malah dimasukkan ke sekolah yang berlebel islami suasta, begitupun yang terjadi saat aku SMA, tapi aku tidak menyesal sekolah disana, justru aku bersyukur.

2015 Adalah tahun kelulusanku, dari bulan April aku sudah mulai disibukkan untuk pendaftaran dan menyiapkan berkas-berkas untuk jalur nasionl masuk PTN. Pertama aku mencoba daftar di jalur SNMPTN, aku tak tanggung-tanggung menjatuhkan pilihan karna memang dipikiranku aku harus kuliah di PTN ternama dengan prodi yang minati (bukan asal masuk). Pilihan ke satu, dua aku isi dengan salah satu PTN yang ada di Bandung, yang memang sudah dari awal masuk SMA aku mimpikan. Pilihan ketiga aku isi dengan PTN yang ada di wilayah sekolahku di Banten. Sebulan lamanya menunggu pengumuman dan tibalah sore dengan tanggal yang ditentukan aku buka hasil SNMPTN melalui HP ku yang kurang canggih sehingga hasilnya tidak begitu jelas terbaca, ternyata aku gagal. Malamnya aku mendapat sms dari pihak sekolah untuk membuka pengumuman itu bersama-sama disekolah, aku kesekolah karna memang aku masih belum yakin dengan hasil yang ku lihat, justru ternyata kedatanganku kesekolah hanya untuk menjemput air mataku.

Keesokan harinya aku langsung bangkit dari keterpurukan kabar SNMPTN itu, aku yang diantar dengan kakakku mencari tempat les untuk persiapan SBMPTN akhirnya setelah sekian lama dapat juga tempat les yang cocok untukku. Sekitar satu bulan aku belajar disana aku merasa tertinggal karna memang sekolahku dulu lebih mengutamakan pengetahuan Agama ketimbang umum tapi setidaknya sedikit demi sedikit aku bisa mengikuti pelajaran, ditambah teman-teman dan tentor-tentor yang dengan senang hati membantuku untuk bisa mengejar ketertinggalanku. Tibalah saatnya aku daftar jalur SBMPTN saat itu aku dibantu dengan salah satu guru di SMAku. Pilihan pertama dan kedua telah aku tentukan matang-matang, lagi-lagi aku memilih PTN yang ada di Bandung itu untuk pilihan kedua, tapi pilihan pertama aku jatuhkan di PTN yang ada di Purwokerto dan pilihan ketiga dipilihkan oleh guruku di salah satu PTN yang ada di Papua, aku setuju saja karna memang aku masih awam dengan nama-nama PTN dan aku kira itu bukan di Papua.
 
Jadwal tes SBMPTN pun tiba waktu itu sekitar bulan Juni, rasa takut berpadu dengan semangat penuh aku mengisi satu demi satu jawabanku pada lembar LJU sambil tak henti memohon pada Allah untuk membenarkan jawabanku itu, tespun akhirnya selesai. Sekitar satu bulan aku harus menunggu hasil SBMPTN itu, sambil menunggu pengumuman SBMPTN aku mendaftarkan diriku, mencoba keberuntunganku, aku mendaftar di salah satu PTN yang baru memperoleh status negri di Jakarta dengan prodi yang terfavorit di PTN tersebut yaitu Pendidikan Dokter Umum. Sesungguhnya aku menyadari akan kemampuanku tetapi aku mempunyai mimpi ingin menjadi Dokter sewaktu aku baru mengenal apa itu mimpi. Bulan Juli yang bertepatan dengan bulan Ramadhan itu adalah saksi perjuanganku menuruti mimpi, aku pergi ke Jakarta diantar ayahku untuk cek lokasi dan keesokan harinya tes, setelah lokasi tes ditemukan ayahku lngsung pulang karna memang kalau tidak pulang ayahku akan kehilangan pekerjaannya, aku ditinggal sendiri di kota yang tidak aku kenal. Alhamdulillah aku bertemu engan seorang wanita yang aku anggap Malaikat waktu itu, aku diajak untuk bermalam dirumahnya dan aku tidak menolak karna memang aku membutuhkan tawaran itu, dirumahnya aku diperlakukan layaknya seorang adik kandungnya. Esokpun tiba, aku diantar dengan malaikat itu, dibekali sebuah semangat dan ridhonya aku siap untuk menjawab semua soal tes, empat jam tiga puluh menit tes berjalan, diwaktu itu aku percaya akan kemampuanku dan aku tak lupa untuk meminta restu allah sepanjang waktu itu. Siang itu aku langsung pulang karna memang setatus aku waktu itu sudah bekerja di salah satu PT.
Tibalah saatnya pengumuman SBMPTN, aku membukanya selepas solat tarawih dengan ditemani orang tuaku, ternyata ucapan selamatpun diberikan padaku tapi di pilihan ke tiga, itu tandanya aku harus kuliah di Papua. Entah rasa senang atau sedih yang aku rasa saat itu tapi aku tetap bersyukur pada allah. Beberapa hari setelah kabar kesuksesan SBMPTN keluargaku akhirnya memutuskan agar aku mengiklaskan PTN itu untuk tidak diambil karna berbagai macam alasan.
Aku tidak lelah untuk mencoba lagi kali ini aku ikut jalur mandiri PTN yang ada di Purwokerto, awal Agustus itu aku pergi ke Tangerang Selatan untuk tes diantar ayahku, disitu aku tidak mempunyai kenalan ataupun sanak keluarga yang bisa aku tumpangi untuk bermalam, akhirnya ayah meminta ke saptam sekolah tersebut agar diizinkan untuk bermalam di UKS tersebut, ternyata disetujui. Tetapi saat sore tiba aku dan ayahku disuruh untuk pergi dari skolah itu dan pindah ke rumah atasannya yang ternyata atasannya itu PASPAMPRES. Pagipun tiba, tes pun dimulai.
Beberapa hari setelah kepulanganku tes di Tangsel adalah pengumuman PTN yang dijakarta ternyata aku GAGAL. Seminggu setelah pengumuman itu adalah pengumuman PTN Purwokerto dan lagi-lagi aku gagal. Aku tidak bosan untuk mencoba, aku daftar D3 di PTN yang ada di Bogor, lima hari setelah daftar adalah jadwal tes aku bersemangat menjawab semua soal. Seminggu kemudian pengumuman, ternyata lagi-lagi aku gagal.
Orang tuaku menyarankanku untuk kuliah di swasta tapi aku memilih untuk menunggu setahun agar bisa ikut berbagai tes masuk PTN lagi dan orang tuaku menyetujui itu. Sekitar Sembilan bulan waktu menungguku aku isi dengan melanjutkan bekerjaku di PT itu tapi aku juga tidak lupa akan tujuan utamaku adalah agar tahun 2016 bisa masuk PTN, maka sebelum atau setelah pulang bekerja aku sempatkan untuk belajar walaupun hanya sebentar. Akhir Febuari aku mengundurkan diri dari PT tempat aku bekerja, hari-hariku berubah 90 derajat, aku hanya di rumah untuk belajar, membantu orang tua dan mendekatkan diri ke Raab-ku.
Bulan April aku hijrah ke Bogor untuk ikut les superintensip di Bogor, waktu itu aku tidak mau merepoti atau membebani orang tuaku, aku pergi sendiri menggunakan kereta, biaya les dan kehidupan disana pun aku menggunakan uang hasil kerjaku, sekitar satu setengah bulan aku disana belajar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat.
2016 ini aku mendaftar di salah satu sekolah kedinasan itu adalah rekomendasi dari salah satu teman medsosku, saat itu aku tidak tau materi seperti apa yang akan di tes-kan, sekitar 2 minggu sebelum tes aku mencoba mencari dan mempelajari materi yang akan di teskan itu.
Pertengahan mei adalah masa pendaftaran SBMPTN, H-5 penutupan pendaftaran aku masih sibuk mengurus data bidik misiku yang bermasalah karena nama dan tanggal lahir di NISN aku salah dan akhirnya H-2 penutupan aku iklaskan melepas bidik misi, aku daftar SBMPTN tanpa bidik misi, hari itu juga pengumuman sekolah kedinasan aku dinyatakan “gagal lagi”
 
31 Mei 2016 hari ini adalah jadwal tes SBMPTN aku keluarkan semua kemampuanku untuk menjawab soal-soal SBMPTN yang ternyata soalnya jauh berbeda dari apa yang aku pelajari selama ini sambil menjawab tak hentinya aku meminta bantuan kepada allah, membaca doa, membaca ayat-ayat al-qur’an yg aku hafal, membaca asmaul husna dan do’a-do’a lainnya yang terlintas dipikiranku saat itu. Sebelum pengumuman SBMPTN aku ikut jalur mandiri di 2 ptn berbeda di Bogor dan di Ciputat. Tes di dua jalur ini menurutku lumayan mudah untuk aku jawab apalagi saat aku tes di ciputat, karena ada mata pelajaran andalanku sewaktu SMA. Kali ini aku tes selalu sendiri tanpa orang tua yang mengantar dan menungguku.

28 Juni adalah pengumuman SBMPTN semenjak siang sudah banyak yang menayakan tentang kelulusanku, sehabis berbuka puasa aku baru membukanya dan ternyata lagi-lagi allah mengurangi jatah gagalku, rasa sedih memang ada tapi aku terketuk hati kecilku yang menyuruhku agar tetap tenang, ikhlas dan bersyukur karna aku yakin satu pintu tertutup maka pintu-pintu yang lain pasti terbuka. Sehari setelah pengumuman SBMPTN adalah pengumuman jalur mandiri PTN Bogor ternyata lagi-lagi allah mengurangi jatah gagalku.

Tapi aku percaya ketika allah menutup satu pintu maka allah juga akan membuka pintu-pintu lain yang jauh lebih baik untukku, esok adalah masih kesempatanku, aku harus yakin akan rencana allah itu lebih indah dari rencanaku, pasti allah akan pilihkan jalan terbaik untuk, cita-cita mimpi dan kehidupanku. saat ini yang bisa aku lakukan adalah tetap husnuzan kepada allah, semoga allah masih memberi kesabaran untukku, aku tau dengan ini allah memberi tanda kalau allah masih teramat sayang terhadapku, allah masih mau bertemuku di sepertiga malamnya, diwaktu duhanya, dan diujung solatnya dengan tetes air mata.

Saat ini aku sedang menunggu pengumuman dari PTN yang ada di Ciputat dan aku mendaftarkan diri lagi di salah satu PTN yang menyeleksi menggunakan nilai SBMPTN.
Aku meminta do’a Ukhti, Akhy, Antum, Umi, Abi semua yang baca ini agar aku bisa keterima di PTN atau PTS yang bisa membuatku sukses semuda mungkin yang bisa membuat hidupku lebih baik lagi. Mudah-mudahan jatah gagalku sudah habis dan tinggallah jatah suksesku. Aamiin allahuma aamiin…..